Ada Apa dengan Cinta akan Uang?, Apakah Benar-Benar Mencelakakan?

Gambar by Awake! The Love of Money—Is It Really Harmful?


Apakah Anda Sakit karena Mengejar Uang?

SEANDAINYA besok Anda menjadi sangat kaya, apa yang akan Anda lakukan? Bersantai dan menikmati hidup? Berhenti dari pekerjaan dan menggunakan lebih banyak waktu bersama keluarga serta sahabat? Meniti karier baru yang benar-benar Anda sukai? Yang menarik, kebanyakan orang menjadi kaya tidak melakukan hal-hal tersebut. Malah, mereka mengabdikan sisa hidup mereka untuk mencari lebih banyak uang—entah untuk melunasi utang-utang baru atau hanya untuk memperkaya diri.

Namun beberapa orang yang menjalani kehidupan seperti itu mulai menyadari dampak buruk materialisme terhadap kesehatan mereka. keluarga mereka, dan karakter moral anak-anak mereka. Baru-baru ini. berbagai buku, artikel, acara televisi, dn video telah memperingatkan tentang gaya hidup berlebihan dan, malahan, menganjurkan orang memilih gaya hidup sederhana. Sejumlah narasumber menunjukan bahwa terlalu asyik mengejar materi dapat dapat membuat Anda sakit—mental, emosi dan bahkan fisik.......
Apakah benar begitu? Apakah orang yang hidup demi uang dan materi (alih-alih hidup demi keselamatan keluarga istri dan anak-anak)benar-benar menderita? lihat ( berita koran KOMPAS disini!) Atau, apakah mereka mempunyai segalanya—kemakmuran, kesehatan, dan keluarga bahagia? Mari kita lihat.

Membaca berita itu kita melihat bahwa gara-gara masalah ekonomi dan tidak lain tentu adalah soal uang, membuat orang lupa akan problem serius di dalam rumahtangganya, misalnya cuplikan koran itu begini: "Keterbatasan ekonomi keluarga menjadi penyebab utama kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT dan perceraian. Faktor yang mengedepankan uang di atas segala-galanya itu bahkan dapat menjadi pemicuk kekerasan seksual pada anak sendiri."
Pengaruhnya terhadap Anda dan Anak-Anak
Dalam dunia ini, yang 85o juta penduduknya kelaparan, mungkin sulit untuk menganggap hidup berlebihan sebagai suatu masalah. Tetapi, tidakah Anda perhatikan, bahwa bahaya materialisme yang diperingatkan dalam buku panduan kehidupan* hampir 2000 tahun yang lalu memperlihatkan bukan terhadap uang atau kekayaan, melainkan terhadap cinta akan uang dan tekad untuk menjadi kaya? Pikirkan pengaruhnya terhadap anak-anak?
[Hal ini akan menjawab pertanyaan yang muncul di mesin pencari google yang bertanya: Apa pengaruh global terhadap (anak-anak) remaja? salah satunya adalah aspek ini.]

Diperkirakan bahwa dalam satu tahun saja, seorang anak di Amerika rata-rata menonton 40.000 tayangan komersial di televisi. Selain itu, ada berbagai video game, perangkat musik yang canggih, program komputer, dan baju bermerk terkenal yang anak-anak lihat di toko dan rumah teman-teman mereka. Lalu, bayangkan permintaan bertubi-tubi yang harus dihadapi para orang tua. Ada orang tua yang memenuhi semua permintaan anak mereka. Mengapa?

Karena tidak mendapat barang-barang mewah semasa kecil, ada orang tua yang ingin sekali agar anak-anaknya tidak sampai merasa kekurangan. Orang tua lain takut tidak akan dikasihi oleh anak-anak mereka jika menolak permintaan anak-anak itu. "[Orang tua] ingin menjadi sahabat karib anak-anak mereka dan ingin agar anak-anak bersenang-senang," kata salah seorang pendiri kelompok pendukung untuk para orang tua di Boulder, Colorado, AS. Orang tua yang lain lagi berharap bahwa dengan memberi anak-anak hadiah berlimpah, mereka bisa menebus banyaknya waktu yang mereka gunakan di tempat kerja, jauh dari anak-anak mereka.
Alasan lain, mungkin adalah setelah mengalami banyak tekanan di tempat kerja sepanjang minggu, orang tua enggan menghadapi konflik yang pasti timbul jika menolak permintaan si anak.

Namun, apakah orang tua yang memenuhi semua permintaan anaknya sedang membantu atau merusak anak itu? Ironisnya, berdasarkan pengalaman, bukannya lebih mengasihi ayah dan ibu mereka, anak yang dimanjakan cenderung tidak tahu berterimakasih. Mereka bahkan tidak menghargai hadiah-hadiah yang tadinya mereka minta dengan merengek-rengek. Seorang kepala sekolah SMP mengatakan, "Menurut pengalaman saya, jika anak-anak langsung dipenuhi permintaannya, dua minggu kemudian barang-barang yang mereka minta itu biasanya sudah mereka buang."
Sering kali, anak-anak yang dimanjakan
tidak tahu berterima kasih dan barang
yang mereka minta cepat dibuang

Apa yang terjadi dengan anak-anak yang dimanjakan itu setelah mereka dewasa? Menurut majalah Newsweek, penelitian menunjukan bahwa anak-anak seperti itu menjadi orang dewasa yang "sulit menghadapi berbagai kekecewaan dalam kehidupan". Karena tidak pernah belajar perlunya bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, beberapa di antara mereka gagal di sekolah, di tempat kerja, dan dalam perkawinan, sehingga terus bergantung secara keuangan pada orang tua mereka. Mereka juga mungkin rentan terhadap kecemasan dan depresi.

Jadi, pada akhirnya, anak yang dimanjakan tidak mendapat apa-apa. mereka tidak bisa menghargai nilai-nilai pekerjaan, tidak punya harga diri, dan tidak bisa merasakan kepuasan batin. Seorang terapis, Jessie O'Neil, memperingatkan, "Dengan mengajar anak-anak bahwa mereka bisa mendapatkan apapun kapan saja, Anda membuat mereka sengsara seumur hidup.


Apa Pengaruhnya terhadap Orang Dewasa
Jika Anda sudah menikah, "tidak soal seberapa lama Anda berumah tangga, atau berapa banyak uang Anda, pertengkaran Anda berikutnya kemungkinan besar adalah soal uang", lapor jurnal Psychology Today. Jurnal itu juga mengatakan, bahwa "cara sepasang suami istri mengatasi percekcokan dan kekecewaan tentang uang dapat menjadi petunjuk tentang berhasil tidaknya hubungan tersebut dalam jangka panjang". Pasangan suami istri yang teralalu mementingkan uang dan materi pastilah membuat perkawinan mereka lebih berisiko. Ya, menurut perkiraan, percekcokan tentang uang dominan dalam 90 persen kasus perceraian.

Namun, kalaupun mereka tidak bercerai, mutu perkawinan bisa merosot jika mereka
berfokus pada uang dan kemewahan yang bisa diperoleh dengan uang itu. Misalnya, suami istri yang mempunyai utang bisa lekas marah dan cepat terseinggung, masing-masing menyalahkan atas kekhwatiran keuangan mereka. Dalam beberapa kasus, suami dan istri menjadi begitu sibuk dengan kekayaan materi masing-masing sehingga tidak punya waktu lagi untuk memupuk hubungan mereka. Apa yang terjadi jika salah satu di antara mereka membeli sesuat yang mahal lalu menyembunyikan hal itu dari pasngannya? (bagaiamana jika yang mereka beli adalah pria atau wanita idaman lain?) Keadaan tersebut menjadi lahan subur untuk berkembangnya benih ketidakpercayaan, perasaan bersalah, dan saling merahasiakan—semua ini, menggerogoti perkawinan.

Beberapa orang dewasa, entah sudah menikah atau belum, telah benar-benar mengorbankan kehidupan mereka demi materialisme. Beberapa orang di Afrika Selatan, yang stres karena mengikuti nilai-nilai materialistis ala Barat, mencoba bunuh diri. Kemungkinan karena masalah keuangan.

Tentu saja, kebanyakan orang tidak mati karena mengejar kekayaan. Namun, kehidupan bisa berlalu begitu saja tanpa kepuasan sewaktu mereka sibuk mencari kekayaan. Selain itu, mutu kehidupan mereka bisa merosot jika stres karena pekerjaan atau masalah keuangan menyebabkan serangan kepanikan, kesulitan tidur, nyeri kepala yang kronis, atau tukak lambung—masalah-masalah kesehatan yang dapat mempersingkat umur orang. Dan bahkan jika orang itu tersadar akan perlunya mengubah prioritas, dia mungkin sudah terlambat. Pasangan mungkin tidak mempercayai lagi, anak-anak mungkin sudah terganggu emosinya, dan kesehatan mungkin sudah rusak. Bisa jadi, ada kerusakan yang bisa diperbaiki, tetapi butuh upaya yang sangat besar. Orang-oramg seperti itu telah benar-benar "menikam diri mereka dengan banyak kesakitan". *

Artikel seri berikut Apa yang Anda Inginkan/Hidup dengan Seimbang
serta Tips-tips. disini!
What Do You Want?/Living With a Sense of Balance
Appeared in Awake! June 2007






_______
Catatan Kaki
*
Orang yang bertekad untuk menjadi kaya jatih dalam godaan dan jerat dan banyak keinginan yang hampa dan menyakitkan, yang menjerumuskan orang-orang ke dalam kebinasaan dan keruntuhan. Sebab cinta akan uang adalah akar segala macam perkara yang mencelakakan, dan dengan memupuk cinta ini beberapa orang telah disesatkan dari iman dan menikam diri diri mereka dengan banyak kesakitan.— 1 Timotius 6:9,10