Ramalan Masa Depan dan Televisi

Melanjutkan artikel Pencarian akan Ramalan Masa Depan di blog ini. Kini kita akan mengaitkannya dengan Televisi.

Kotak ajaib yang ada dirumah kita, semakin banyak acara yang menampilkan kekerasan psikologis. Memang harapannya untuk mendapatkan ending yang baik seperti salah satu stasiun TV yang dimotori oleh Helmi Yahya, tapi bagaimana dengan stasiun TV lain yang dibawakan oleh aktor Anjasmara yang akhirnya dihentikan (oleh Komisi Penyiaran Indonesia mengambil keputusan yang bijaksana pada 28 Mei 2009) karena menonjolkan keburukan dan konfrontasi yang tujuannya cuma kekacauan sampai akhir acara. Jadi nilai pelajaran apa yang kita bisa ambil di TV? Belum lagi tayangan film yang penuh kekerasan dan menonjolkan kejahatan manusia.

Banyak orang ingin menemukan jalan keluar atas problem pribadi dan keluarga dengan menonton televisi, tapi apa kenyataan yang kita lihat? Sifat kedengkian, permusuhan, perselisihan, tidak adanya persahabatan yang sejati walaupun ada hanya sebagian kecil yang ditonjolkan pokoknya yang jahat terkesan selalu menang di sepanjang acara. Lain lagi adalah banyaknya iklan tentang ramalan masa depan, 'ketik reg spasi' ke peramal, biro jodoh, primbon dan lain-lain. Kalau semua orang selalu berpaling ke TV untuk hal-hal demikian maka sekarang timbul pertanyaan begini: Apakah Kehidupan Keluarga Dapat Lebih Bahagia Tanpa TV?

Lebih dari satu dekade lalu ▪ ”Sebuah penelitian terhadap acara televisi selama setahun, yang diadakan oleh para peneliti dari empat universitas, menyimpulkan bahwa kekerasan yang ’berbahaya secara psikologis’ diliput dalam program-program siaran berita atau televisi kabel,” demikian kata The Washington Post. Penelitian tersebut tidak hanya mendapati bahwa sebagian besar program berisi kekerasan tetapi juga cara kekerasan tersebut diperankan dapat menimbulkan pengaruh yang berbahaya bagi para pemirsa. Pengaruh tersebut ”mencakup belajar untuk berperilaku keras, membuat orang kebal terhadap akibat yang membahayakan dari kekerasan dan semakin takut diserang”. Salah satu alasan adalah bahwa para pelaku dalam 73 persen kasus tindak kekerasan di televisi lolos dari hukuman, memberikan kesan bahwa ”kekerasan selalu berhasil”. Lagi pula, kebanyakan kisah tidak memperlihatkan akibat yang dialami korban, seperti luka, kepedihan, atau kerugian emosi atau keuangan. Dan, menurut penelitian tersebut, penggunaan senjata api yang terus-menerus dalam insiden-insiden kejahatan di televisi dapat ”memicu pola berpikir dan perilaku yang agresif”.

▪ Menjelang usia 30 tahun, orang-orang yang pada masa kecilnya banyak menonton kekerasan di televisi ”akan lebih sering dihukum karena kekerasan, lebih sering ditangkap karena mengemudi dalam keadaan mabuk, menjadi lebih agresif di bawah pengaruh alkohol dan lebih kasar terhadap teman hidupnya [dan] juga memiliki anak-anak yang lebih agresif”, demikian pendapat Len Eron, seorang profesor psikologi dan pakar penelitian di Lembaga Penelitian Sosial Universitas Michigan. Video game menimbulkan problem serupa. Seperti yang dilaporkan dalam surat kabar The Toronto Star, Eron mengatakan bahwa bahaya yang berhubungan dengan video game adalah interaksinya. Pemain ”menggerakkan kemudi atau menekan tombol dan mereka sendiri yang mengendalikan permainan yang menakutkan dan penuh kekerasan—membunuh seseorang”. Profesor Eron merasa bahwa dibutuhkan lebih banyak pengawasan dari orang tua. Jadi luar biasa bukan! Pengaruh kotak ajaib ini?

PADA bulan Februari tahun 1994, The Wall Street Journal menonjolkan artikel, ”Hari-Hari Tanpa TV: Beberapa Keluarga Sukses Tanpa TV”. Surat kabar tersebut melaporkan, ”Bagi relatif kecil keluarga-keluarga Amerika yang berhenti menonton televisi sama sekali, kehidupan terus berjalan sama seperti ketika televisi ada—namun keadaannya lebih bahagia.”

Pengaruh televisi atas keluarga juga dibahas baru-baru ini di sebuah reuni untuk merayakan peringatan ke-40 dari orang pertama yang berlari sejauh satu mil dalam waktu kurang dari empat menit, yang diketengahkan oleh Roger Bannister. Menurut Jim Ryun, seorang pemenang lari jarak satu mil pada tahun 1960-an, pokok tersebut muncul pada waktu acara makan malam bersama Roger sebelum Olimpiade tahun1968.

”Saya dan istri saya, Anne, bertunangan pada waktu itu,” demikian penjelasan Ryun, ”maka Roger memberi tahu kami bahwa ia telah menemukan sesuatu yang benar-benar meningkatkan mutu kehidupan keluarganya. Tentu saja, kami semua bersemangat untuk mendengarkan. Ia mengatakan hal yang ia lakukan adalah menyingkirkan televisi dari rumah, sehingga memberikan mereka lebih banyak waktu untuk bersama, untuk bercakap-cakap, untuk membaca bersama sebagai satu keluarga.”

Ryun menceritakan, ”Apa yang dikatakannya memberikan pengaruh yang besar bagi kami. Kami mulai menyadari, ’Kami tidak terlalu membutuhkan TV.’”
Sejumlah orang telah mencapai kesimpulan yang sama. Mengapa? Karena pengaruh TV yang memikat, khususnya bagi anak-anak muda. Menurut seorang ibu di Maryland, AS, ketika sedang menggendong bayi perempuannya di depan pesawat TV, tiba-tiba bayi tersebut ”berpaling dari saya dan terpaku memandang layar TV. Kami berkesimpulan jika pada usia ini saja ia demikian, apa yang akan ia lakukan bila ia bertambah besar?” Maka keluarga tersebut menyingkirkan TV mereka.

Jika Anda tidak menyingkirkan TV sama sekali, apakah tidak masuk akal sedikitnya mengendalikan penggunaannya? Karen Stevenson, seorang wanita lajang kulit hitam pertama yang menerima sebuah Beasiswa Rhodes untuk belajar di Universitas Oxford di Inggris, berkata tentang awal kehidupannya, ”Televisi tidak diperbolehkan sepanjang minggu—mulai hari Senin sampai Jumat. Jika ada satu acara yang secara khusus ingin kami tonton ..., kami harus memberi tahu [ibu] tentang hal ini hari Minggu sebelumnya dan merencanakannya.”

Bagaimana dengan acara menonton TV di keluarga Anda? Apakah Anda melihat manfaat membatasinya, atau bahkan menyingkirkannya sama sekali, untuk sementara waktu? Jadi demi masa depan yang lebih baik dalam pencarian Anda untuk masa depan tersebut, televisi bukanlah pilihan yang bijaksana. Oleh Ronnp & sebagian menyadur di Awake! terbitan tahun 1994; 1995


Apa Solusi untuk Pemirsa yang Rentan?
--->Click Gambar ini:

Lihat Artikel terkait tentang TV ---> di link ini