KEHANCURAN BUMI, AKANKAH?

Diartikel sebelumnya kita melihat tentang ENERGI yang terkendali dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kelangsungan hidup. Namun ENERGI yang tidak terkendali, sama seperti ledakan bom atom nuklir yang memang pasti akan akan menghancurkan kehidupan ras manusia seperti tergambar dalam film 2012 yang masih dipertontonkan kepada masyarakat saat artikel ini di postingkan.
Asteroid, Komet, dan Bumi—Akankah Saling Bertabrakan?..... Akankah Bumi kita akan ditunggang balikan? Sekalipun menurut angapan orang akan dilaksanakan oleh pribadi Maha Kuasa.

’Pagi hari pada tanggal 30 Juni, tampak suatu fenomena yang sangat aneh di sebuah desa di Siberia. Di atas ketinggian cakrawala, rakyat desa itu melihat sebuah benda yang bersinar sangat terang; terlalu menyilaukan untuk dilihat dengan mata telanjang. Di ufuk, dari arah yang sama dengan benda bersinar itu, tampak awan kecil berwarna hitam. Sewaktu mendekati daratan, benda yang terang itu hancur menjadi debu. Di lokasi jatuhnya benda tersebut, terbentuklah awan besar berupa asap hitam, dan terdengar bunyi ledakan yang keras, seperti bunyi bongkahan batu besar berjatuhan. Bangunan berguncang, dan jilatan lidah api pun menyembur ke atas menembus awan itu. Penduduk desa berhamburan ke jalanan diliputi perasaan tercekam. Wanita-wanita tua menangis; semua orang merasa bahwa akhir dunia sedang menimpa mereka.’—Ringkasan sebuah laporan yang terbit dalam surat kabar Sibir, Irkutsk, Rusia, pada tanggal 2 Juli 1908.

PARA penduduk desa itu sama sekali tidak sadar bahwa sebuah benda dari langit baru saja meledak di atas mereka. Sekarang, lebih dari 90 tahun setelah peristiwa itu, salah satu ramalan paling menggemparkan tentang akhir planet kita adalah ramalan tentang malapetaka yang diakibatkan oleh asteroid atau komet. Akronim-akronim seperti NEO (near-earth objects, atau benda di dekat bumi) dan PHO (potentially hazardous objects, atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya) sering digunakan sehubungan dengan ramalan hari kiamat bahwa bumi dihancurkan melalui tabrakan dengan benda-benda angkasa. Hollywood bahkan mengeruk keuntungan besar dengan mengungkapkan rasa takut ini [pernah juga muncul] dalam bentuk film-film seperti Deep Impact dan Armageddon.

Sebenarnya, seberapa besar kemungkinannya bahwa Anda dan anak-anak Anda akan lenyap oleh bola api dari angkasa? Apakah Anda sebaiknya mengantisipasi hujan butiran besi dan es yang membombardir pekarangan Anda dalam waktu dekat? Seandainya Anda tinggal di dekat pesisir, apakah rumah Anda akan diratakan oleh gelombang pasang yang maha dahsyat akibat asteroid yang lepas dari orbitnya dan jatuh di samudra?

Mengorbit di Antara Puing-Puing Antarplanet
Tata surya kita bukan hanya terdiri dari matahari, sembilan planet, dan bulan-bulannya. Komet (campuran es dan debu), asteroid (planet kecil atau minor), dan meteoroid (sebagian besar adalah serpihan dari asteroid) juga mengorbit dalam tata surya. Para ilmuwan telah lama tahu bahwa bumi sering dibombardir dari angkasa. Hanya dengan mengamati lanskap bulan yang babak belur, kita akan sadar bahwa kita tinggal di lingkungan yang sesak. Seandainya tidak ada atmosfer dan sistem daur ulang terus-menerus di permukaan bumi oleh gerakan lempeng tektonik dan erosi, wajah planet kita akan berkawah-kawah juga seperti halnya bulan.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa sebanyak 200 juta meteor terlihat di atmosfer bumi setiap hari. Sebagian besar benda yang memasuki atmosfer berukuran kecil dan terbakar habis tanpa teramati. Akan tetapi, beberapa dari benda ini tidak habis terbakar dan diperlambat oleh gesekan udara hingga kecepatan sekitar 320 kilometer per jam. Yang tersisa dari benda itu menghantam bumi sebagai meteorit. Karena sebagian besar meteorit itu jatuh ke laut atau kawasan yang tak dihuni, jarang ada korban jiwa. Diperkirakan bahwa benda semacam itu yang memasuki atmosfer kita menambah berat bumi hingga ratusan ton setiap harinya.

Di samping itu, para astronom memperkirakan bahwa mungkin ada sekitar 2.000 asteroid sepanjang lebih dari satu kilometer yang berpotongan atau mendekati orbit bumi. Mereka baru menemukan dan melacak sekitar 200 dari antaranya. Selain itu, diperkirakan ada satu juta asteroid berdiameter 50 meter lebih yang berada pada jarak dekat dan berbahaya dari orbit bumi. Asteroid seukuran itu dapat mencapai daratan dan mengakibatkan kerusakan. Proyektil yang relatif kecil itu memuat kira-kira sepuluh megaton energi—setara dengan bom nuklir yang besar. Meskipun atmosfer bumi dapat melindungi kita dari tabrakan yang lebih kecil, lain ceritanya dengan tabrakan berkekuatan sepuluh megaton atau lebih. Beberapa peneliti menyatakan bahwa, menurut statistik, kita dapat mengantisipasi tabrakan berkekuatan sepuluh megaton kira-kira sekali dalam seabad. Menurut beberapa perkiraan, frekuensi tabrakan dengan benda-benda berdiameter sekitar satu kilometer adalah sekali dalam 100.000 tahun.

Kawah, Ledakan, dan Tabrakan yang Memberikan Petunjuk
Tidak sulit untuk percaya bahwa di masa lalu, planet kita telah dihujani hantaman benda-benda besar dari angkasa. Sebagai bukti adanya tabrakan ini, telah ditemukan 150 kawah yang menimbulkan bopeng pada permukaan bumi. Beberapa darinya jelas terlihat, yang lainnya hanya terlihat dari pesawat terbang atau satelit, dan ada pula yang telah lama terkubur atau terbenam di dasar laut.

Salah satu kawah yang paling terkenal, bernama Chicxulub, menimbulkan lubang berdiameter 180 kilometer pada permukaan bumi. Kawah yang sangat besar di dekat ujung bagian utara dari Semenanjung Yucatán di Meksiko ini diyakini adalah lokasi jatuhnya komet atau asteroid berdiameter sepuluh kilometer. Beberapa sumber menyatakan bahwa perubahan iklim yang dipicu oleh tabrakan ini mengakibatkan kepunahan dinosaurus dan binatang lain di darat serta di laut.

Di Arizona, AS, sebuah meteorit besi mengakibatkan cerukan Kawah Meteor yang spektakuler—sebuah lubang berdiameter hampir 1.200 meter dan berkedalaman 200 meter. Seberapa banyak korban jiwa seandainya meteorit seperti itu menghantam sebuah kota? Sebuah objek pamer terkenal di American Museum of Natural History (Museum Ilmu Pengetahuan Alam Amerika), di New York City, memperlihatkan bahwa seandainya benda semacam itu menghantam Manhattan, kawasan padat penduduk itu akan hancur seluruhnya.

Pada tanggal 30 Juni 1908, sebuah asteroid atau sebongkah komet yang diperkirakan berdiameter kurang dari 100 meter menembus atmosfer dan meledak pada ketinggian sekitar 10 kilometer di atas kawasan Tunguska di Siberia yang sebagian besar tidak dihuni, seperti disebutkan pada pengantar. Ledakan itu, yang diperkirakan berkekuatan 15 megaton, meluluhlantakkan daerah seluas 2.000 kilometer persegi, merontokkan pepohonan, menimbulkan kebakaran, dan membunuh rusa-rusa kutub. Berapa banyak korban jiwa seandainya titik pusat ledakan itu ada di daerah yang padat penduduk?

Pada bulan Juli 1994, teleskop di seluruh dunia terfokus pada Yupiter seraya serpihan-serpihan komet Shoemaker-Levy 9 terempas ke planet itu. Lubang sementara yang terbentuk pada Yupiter akan senantiasa tergores kuat dalam ingatan orang-orang yang melihat tabrakan itu secara langsung. Mengamati Yupiter dihujani hantaman demi hantaman membuat para pakar maupun orang awam bertanya-tanya apa yang akan terjadi seandainya bumi yang menjadi sasaran komet itu.

Skenario Malapetaka
Dengan rasa gentar, para ilmuwan telah mempertimbangkan apa konsekuensi seriusnya bila sebutir komet atau asteroid menghantam planet kita. Berikut ini adalah visi mereka mengenai akibat langsung dari sebuah tabrakan besar. Mula-mula akan timbul semburan besar batu dan debu. Puing-puing yang berjatuhan akan menghasilkan hujan meteor yang mengubah langit menjadi merah membara dan memicu kebakaran hutan serta padang rumput, menewaskan sebagian besar kehidupan di darat. Debu yang tertahan di atmosfer untuk waktu yang lebih lama akan menghalangi sinar matahari, mengakibatkan suhu merosot tajam dan menghentikan fotosintesis di permukaan bumi yang menjadi gelap. Terhentinya fotosintesis akan mengakibatkan putusnya rantai makanan di laut dan kematian sebagian besar makhluk laut. Menurut skenario ini, malapetaka lingkungan akan ditambahi lagi oleh hujan asam global dan hancurnya lapisan ozon.

Seandainya asteroid semacam itu menghantam samudra, akan timbul gelombang pasang tsunami dengan potensi hebat untuk pembinasaan. Tsunami akan merambat lebih jauh dari lokasi jatuh dibandingkan dengan gelombang kejut awal dan akan mengakibatkan kehancuran besar-besaran di daerah pesisir ribuan kilometer jauhnya. Astronom Jack Hills berkata, ”Di tempat yang sebelumnya berdiri kota-kota, hanya akan terdapat dataran kosong berlumpur.”
Akan tetapi, kita harus mewaspadai pernyataan semacam itu. Sebagian besar teori ini hanyalah spekulasi belaka. Yang jelas, tidak seorang pun yang pernah melihat atau meneliti tabrakan sebutir asteroid dengan bumi. Selain itu, media sekarang yang gila sensasi selalu buru-buru memuat kepala berita yang sensasional, berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau bahkan tidak akurat. (Lihat kotak di bawah.) Sebenarnya, kemungkinan seseorang tewas akibat benda yang jatuh dari langit jauh lebih kecil daripada kemungkinan tewas dalam kecelakaan mobil.

Apa Seharusnya Tindakan Kita?
Banyak pakar percaya bahwa strategi terbaik untuk menghindari malapetaka dari komet atau asteroid yang mendekati bumi adalah meluncurkan roket untuk mengadangnya dan, setidak-tidaknya, mengubah jalurnya. Seandainya asteroid itu berukuran kecil dan terdeteksi bertahun-tahun sebelum perkiraan tabrakan, cara ini mungkin cukup.

Akan tetapi, untuk benda besar yang mungkin menghantam bumi, beberapa ilmuwan mengusulkan penggunaan senjata nuklir. Dalam kasus semacam itu, sebuah ledakan nuklir yang letaknya tepat diyakini akan menggeser asteroid itu ke orbit yang lebih aman sehingga tidak menghantam bumi. Ukuran asteroid dan seberapa dekatnya ke bumi akan menentukan seberapa hebat ledakan nuklir yang dibutuhkan.

Problemnya adalah tidak satu pun dari kemungkinan langkah defensif ini yang akan efektif tanpa adanya peringatan dini yang memadai. Kelompok-kelompok astronom seperti Spacewatch dan Near Earth Asteroid Tracking secara eksklusif didedikasikan untuk memburu asteroid. Banyak orang merasa bahwa hal ini belum cukup.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kasus 1997 XF11

Pada tanggal 12 Maret 1998, berita buruk beredar di seputar bola bumi: Sebutir asteroid berdiameter 1,5 kilometer sedang menuju bumi dan akan tiba pada tanggal 26 Oktober 2028, ”hari Kamis”. Asteroid itu, yang disebut 1997 XF11, ditemukan pada tanggal 6 Desember 1997 oleh astronom Jim Scotti, dari kelompok Spacewatch di University of Arizona. Dengan data di masa lalu dan pengamatan yang lebih baru, para ilmuwan yang tergabung dalam Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menyebarkan informasi yang digunakan beberapa orang untuk meramalkan bahwa orbit asteroid itu sejauh kira-kira 50.000 kilometer dari bumi—jarak yang sangat pendek dalam standar astronomi, atau disebut ”jarak yang tidak mungkin luput dari tabrakan”. Layar televisi pun penuh dengan simulasi yang menakutkan dari sebutir asteroid yang menghantam bumi. Kemudian, kurang dari sehari kemudian, bahaya itu sirna. Data dan perhitungan baru memperlihatkan bahwa asteroid itu akan terhindar dari bumi hingga sejauh 1.000.000 kilometer. Jarak tersebut masih termasuk dekat jika dibandingkan dengan asteroid lain berukuran sama yang telah teramati, tetapi, itu jarak yang aman. Media massa segera memunculkan kepala berita seperti, ”Baiklah, Mereka Hanya Sedikit Salah Hitung”.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apakah Suatu Bencana Kosmis Akan Menghancurkan Dunia Kita?

JADI pada tanggal 12 Maret 1998 itu, kepala berita di surat kabar, layar televisi dan situs Internet di seputar bola bumi menyebarkan berita yang menyeramkan, ”Asteroid berdiameter 1,5 kilometer berada dalam jalur yang nyaris bertabrakan dengan planet Bumi.” Dengan panik, para ilmuwan dan orang awam berupaya memperkirakan bahaya yang sebenarnya. Para astronom segera menyimpulkan bahwa peluang terjadinya tabrakan adalah nol.

Akan tetapi, di antara kekalutan tersebut telah muncul suatu kesiagaan baru. ”Barangkali, hal yang paling luar biasa tentang alarm palsu tersebut adalah bahwa, semenakutkan apa pun hal itu dulunya, banyak orang tidak menganggapnya sebagai kejutan besar,” kata U.S.News & World Report. ”Pernyataan bahwa kita yang di planet Bumi seharusnya mengamati lebih banyak objek semacam itu—dan merencanakan sesuatu terhadapnya—pasti terdengar aneh puluhan tahun yang lalu, tetapi kini para ilmuwan dan bahkan beberapa politisi menganggap hal itu, meskipun tipis kemungkinannya, sebagai ancaman yang nyata.”
Beberapa astronom percaya bahwa sekitar 2.000 objek angkasa berukuran cukup besar untuk mengakibatkan malapetaka global yang hebat sedang melaju dalam jalur yang berpotongan dengan orbit bumi atau mendekatinya. Para peneliti mengatakan bahwa bahkan seandainya salah satu dari antaranya yang berukuran relatif kecil menghantam bumi, ledakannya akan setara dengan kekuatan dari banyak senjata nuklir yang meledak sekaligus. Konsekuensi dari tabrakan demikian adalah malapetaka hebat bagi planet kita dan penghuninya, manusia maupun binatang. Sedarlah! terbitan 8 Desember 1998
Selengkapnya di link ini......



Artikel Terkait [Click link judul ini]: Haruskah Anda Takut pada Armegedon?