DILECEHKAN DI TEMPAT KERJA

Ijinkan iblogronnp menerbitkan surat Pembaca Awake!.

Saya pernah mengalami pelecehan selama beberapa tahun dan nyaris terkena stres berat. Saya akan berupaya sebisa-bisanya untuk menerapkan saran-saran Anda. C. H., Amerika Serikat >>>> Terima kasih karena telah menolong kami, korban pelecehan, dan juga membantu kami lebih mendekat kepada Pencipta kita yang beriba hati, yang mengetahui kesengsaraan kita. L. W., Amerika Serikat >>> Saya harus keluar dari pekerjaan karena sering dimaki-maki. Teruslah terbitkan artikel-artikel yang bisa membantu kami menanggulangi berbagai problem.T. Y., Jepang >>> Saya menawarkan terbitan ini kepada dokter saya, sambil berkata, ”Siapa tahu Anda akan menangani pasien yang mengeluhkan gangguan perut gara-gara dilecehkan.” Dia berkata, ”Bukan ’siapa tahu’ lagi. Saya sedang punya pasien seperti itu!” Sang dokter berjanji akan membaca artikel-artikel tersebut. E. S., Jerman >>> Karena belum punya apartemen sendiri, saya terpaksa tinggal dengan kakak perempuan saya dan sering dimaki-maki olehnya. Saya jadi sangat tertekan. Namun, terbitan Sedarlah! ini benar-benar pas untuk saya! Yehuwa betul-betul telah menghibur saya. S. A., Rusia >>> Atasan yang Menjadi Baik Selama lima tahun, saya bekerja untuk seorang pimpinan yang baik dan lembut. Lalu, perusahaan itu dijual, dan sekarang saya punya seorang atasan baru. Saya jadi sasaran pelampiasan kata-katanya yang kasar. Hinaan, cacian, dan fitnah menjadi makanan saya sehari-hari. Saya sangat tertekan dan stres. Kemudian, saya menerima terbitan 8 Mei 2004, dengan seri berjudul ”Dianiaya di Tempat Kerja—Bagaimana Anda Menghadapinya?” Majalah ini saya taruh di atas meja saya agar dia bisa melihat dan membacanya jika dia mau. Ternyata, dia membacanya. Sejak itu, sikapnya berubah drastis. Dia tidak lagi melecehkan saya. Dia bahkan berkata bahwa saya telah membuat kemajuan dalam pekerjaan. Sungguh lega rasanya! K.D.A., Pantai Gading >>> Dilecehkan di Tempat Kerja Saya sangat terkesan oleh seri ”Dilecehkan di Tempat Kerja—Bagaimana Anda Menghadapinya?” (8 Mei 2004) Saya pernah mengalami sendiri semua yang diuraikan dalam artikel itu. Saya merasakan diskriminasi agama di rumah sakit tempat saya bekerja, dan hal itu mempengaruhi kesehatan emosi dan rohani saya. Saya senang sewaktu tahu bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan ini. J. C., Puerto Riko

Tempat Kerja atau Medan Perang?

OLEH PENULIS SEDARLAH! DI JERMAN. ”Saya benar-benar tidak tahan lagi. Saya sudah bekerja di perusahaan itu selama lebih dari 30 tahun. Saya telah mencapai tingkat penyelia. Kemudian, datanglah bos yang baru. Ia muda, dinamis, dan penuh gagasan baru. Ia pikir saya menghalanginya, jadi ia mulai mencari-cari kesalahan saya. Setelah berbulan-bulan dihina, dibohongi, dan direndahkan, saya sudah tidak kuat lagi. Sewaktu perusahaan menawarkan pensiun, saya menyetujuinya.”—Peter.*

PETER adalah korban pelecehan di tempat kerja. Di Jerman, tempat Peter tinggal, diperkirakan 1,2 juta orang menderita pelecehan di tempat kerja. Di Belanda, 1 dari 4 orang akan menghadapinya pada suatu waktu selama masa kerja mereka. Dan, sebuah laporan oleh Organisasi Buruh Internasional mengatakan bahwa pelecehan merupakan masalah yang kian meningkat di Amerika Serikat, Australia, Austria, Denmark, Inggris, dan Swedia. Tetapi, apakah pelecehan itu?

”Perang Urat Saraf”

Menurut majalah berita Jerman Focus, pelecehan berarti ”gangguan yang sering, berulang, dan sistematis”. Ini bukan sekadar senda gurau di tempat kerja—yang mungkin mencakup sarkasme, kritik, olok-olokan, dan lelucon yang mempermalukan seseorang—pelecehan merupakan aksi teror psikologis yang terencana. Tujuannya adalah membuat korban tersisih.#

Taktik pelecehan berkisar dari sikap bermusuhan yang kekanak-kanakan hingga aksi kriminal yang mencelakakan. Korban difitnah, diumpat, dikasari, dan diperlakukan dengan dingin.

Beberapa korban sengaja dibebani banyak sekali pekerjaan atau selalu dipilih untuk melakukan tugas yang paling tidak menyenangkan yang tidak ingin dilakukan siapa pun. Rekan-rekan kerja mungkin menyabot upaya sang korban untuk bekerja dengan produktif, barangkali dengan menahan informasi. Dalam beberapa kasus, para pelaku menusuk ban mobil korban atau menerobos komputernya.
Beberapa korban pelecehan diincar oleh satu orang. Tetapi yang lebih sering, korban diserang oleh sekelompok rekan kerja.

Mungkin yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa dalam banyak kasus, pelecehan terjadi dengan seizin bos. Dalam beberapa penelitian di Eropa, penyelia berperan aktif dalam sekitar 50 persen kasus, dan cukup sering ia terbukti sebagai satu-satunya dalang. Akibat semua hal ini, pengalaman kerja berubah menjadi apa yang diistilahkan oleh harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung ”perang urat saraf yang panjang dan menegangkan”.

Dampak di luar Tempat Kerja

Sering kali, dampak pelecehan tidak terbatas di tempat kerja. Banyak korban menderita problem kesehatan yang serius akibat perlakuan yang kejam. Depresi, gangguan tidur, dan serangan panik termasuk konsekuensi pelecehan. Bagaimana dengan Peter, yang disebutkan di awal? Harga dirinya benar-benar anjlok. Seorang wanita bernama Margaret, juga dari Jerman, dinasihati dokternya untuk mencari perawatan di klinik kesehatan mental. Penyebabnya? Pelecehan di tempat kerja. Pelecehan juga dapat berdampak negatif terhadap perkawinan atau kehidupan keluarga seseorang.

Di Jerman, pelecehan di tempat kerja telah menjadi begitu umum sehingga sebuah perusahaan asuransi kesehatan membuka jalur telepon untuk membantu para korban. Perusahaan ini mendapati bahwa lebih dari setengah penelepon tidak sanggup bekerja hingga enam minggu, sekitar sepertiganya hingga tiga bulan, dan lebih dari 10 persen selama lebih dari tiga bulan. Sebuah jurnal medis Jerman memperkirakan bahwa ”hingga 20 persen dari semua kasus bunuh diri diakibatkan oleh pelecehan”.

Jelaslah, pelecehan dapat menjadikan pengalaman kerja suatu mimpi buruk. Apakah ada cara untuk mencegahnya? Bagaimana perdamaian dapat dicapai di tempat kerja?

Cara Korban Dibidik

Monika baru tamat sekolah sewaktu ia mulai menjalani pelatihan sebagai pekerja kantoran di bidang hukum. Monika mengharapkan peralihan yang mulus ke dunia kerja.

Horst adalah seorang dokter berusia sekitar 35 tahun. Ia mempunyai istri dan anak-anak, dan kelihatannya ia akan memperoleh pengakuan dan pendapatan yang tinggi. Baik Monika maupun Horst menjadi korban pelecehan.

KASUS Monika dan Horst mengajar kita hikmah yang berharga: Korban pelecehan tidak mudah diprediksi. Ya, siapa pun, dalam pekerjaan apa pun bisa menjadi sasaran pelecehan. Lantas, bagaimana Anda dapat melindungi diri? Sebagian jawabannya terletak pada belajar cara berdamai di tempat kerja, bahkan dengan rekan-rekan kerja yang bermasalah.

Bergaul Serasi dengan Rekan Kerja. Bagi banyak orang, pekerjaannya menuntut kerja sama yang baik dengan sekelompok rekan kerja dan membantu tim tersebut berfungsi dengan mulus sebagai satu unit. Jika para kolega bisa saling bergaul serasi, pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak, hasil pekerjaan tidak akan bagus dan risiko pelecehan meningkat.

Apa yang dapat mengganggu mulusnya pekerjaan sebuah tim pekerja? Salah satunya adalah seringnya terjadi pergantian personel. Dalam situasi seperti itu, ikatan persahabatan sulit terbentuk. Lagi pula, rekan-rekan yang baru belum terbiasa dengan kegiatan rutinnya, sehingga memperlambat kinerja semua orang. Jika beban kerja bertambah, kelompok tersebut kemungkinan besar akan terus-menerus mengalami stres.

Selain itu, jika sebuah tim tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak akan ada rasa persatuan. Hal ini bisa terjadi, misalnya, sewaktu seorang bos yang kurang percaya diri lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membela kedudukannya ketimbang memimpin. Ia mungkin bahkan berupaya tetap memegang kendali dengan mengadu domba para rekan kerja. Yang memperparah masalahnya ialah pengorganisasian kelompok tersebut mungkin sangat tidak jelas sehingga rekan kerja tertentu tidak memahami batas-batas tanggung jawabnya. Misalnya, konflik bisa timbul sewaktu dua pekerja berpikir bahwa mereka bertanggung jawab untuk ikut menandatangani faktur.

Dalam situasi demikian, komunikasi menjadi tegang dan rasa sakit hati sering kali tidak terselesaikan. Rasa cemburu meracuni atmosfer kerja, dan para rekan kerja saling bersaing mencari muka di depan bos. Kesalahpahaman sepele dipandang sebagai hinaan besar. Seolah-olah, gundukan berubah menjadi gunung. Inilah kondisi yang melahirkan pelecehan.

Pemilihan Kambing Hitam. Selama suatu waktu, seorang pekerja mungkin dijadikan kambing hitam. Orang seperti apa yang biasanya diperlakukan seperti itu? Kemungkinan seseorang yang tampak berbeda. Misalnya, ia bisa jadi adalah pria satu-satunya di lingkungan wanita atau wanita yang bekerja di lingkungan serbapria. Seseorang yang percaya diri mungkin dianggap agresif, sementara orang yang pendiam dapat dianggap penuh muslihat. Calon korbannya mungkin juga berbeda dalam arti ia lebih tua atau lebih muda daripada yang lainnya atau bahkan lebih cakap dalam bekerja.

Siapa pun yang menjadi kambing hitamnya, para rekan ”bersikap jahat dan lancang terhadap korban pilihan mereka dan dengan demikian merasakan kelegaan dari stres mereka sendiri”, lapor jurnal medis Jerman, mta. Upaya sang kambing hitam untuk memperbaiki situasinya tidak banyak berhasil dan mungkin bahkan memperburuk masalahnya. Karena intimidasi menjadi kian sering dan sistematis, sang kambing hitam menjadi kian terkucil. Pada taraf ini, korban pelecehan kemungkinan besar tidak sanggup lagi mengatasi situasinya sendirian.

Tentu saja, tempat kerja selalu berpotensi menjadi tempat terjadinya perlakuan buruk. Tetapi, banyak orang dapat mengingat masa manakala masih ada lebih banyak niat baik di antara rekan-rekan kerja. Pelecehan yang terorganisasi jarang berkembang. Tetapi, dari tahun ke tahun telah terjadi apa yang digambarkan oleh seorang dokter sebagai ”merosotnya semangat solidaritas secara umum dan erosi rasa malu pribadi secara besar-besaran”. Orang-orang sekarang sudah tidak lagi mempedulikan etika yang menahan mereka untuk terang-terangan berperang di tempat kerja.

Jadi, wajar apabila semua orang yang bekerja ingin mengetahui jawaban atas pertanyaan: Dapatkah pelecehan dicegah? Bagaimana perdamaian dapat dicapai di tempat kerja?
Judul link berikut. Mewujudkan Perdamaian di Tempat Kerja

To Link---> Jaminan dan Kepuasan Kerja Terancam

To Link--->Dapatkan dan Pertahankan Pekerjaan—Caranya?

To Link--->Menghadap Dunia yang Serbacepat Dewasa Ini


________
[Catatan Kaki]
* Nama-nama dalam seri artikel ini telah diubah.
# Statistik memperlihatkan bahwa lebih banyak wanita daripada pria yang menjadi korban pelecehan di tempat kerja, meski ini mungkin karena wanita lebih cenderung mengutarakan problem mereka dan mencari bantuan.