Beberapa Definisi
Di seputar dunia, berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan para ibu yang sendirian membesarkan anak-anak. Di beberapa negeri, ”ibu tanpa suami” digunakan untuk memaksudkan ibu yang tidak pernah menikah, sedangkan di negeri-negeri lain ”ibu tanpa suami” adalah istilah yang mencakup semua ibu yang membesarkan anak-anak tanpa pasangan pria dalam rumah tangganya. Ibu yang demikian mungkin bercerai, berpisah, atau menjanda, atau ia tidak pernah menikah.
Dalam rangkaian artikel ini, kami menggunakan istilah ”orang tua tunggal” dan ”ibu tanpa suami” untuk memaksudkan orang tua yang membesarkan anak-anak tanpa teman hidup.
ORANG TUA TUNGGAL—TREN DI BANYAK NEGERI
Amerika Serikat: ”Jumlah ibu tanpa suami meningkat antara tahun 1970 dan tahun 2000, dari 3 juta menjadi 10 juta; selama periode yang sama, jumlah ayah tanpa istri juga meningkat, dari 393.000 menjadi 2 juta.”—Biro Sensus AS.
Meksiko: Menurut surat kabar La Jornada, sekitar 27 persen jumlah total ibu hamil di negeri itu adalah para remaja.
Irlandia: Tingkat pertambahan keluarga dengan ibu tanpa suami meningkat dari 5,7 persen pada tahun 1981 menjadi 7,9 persen pada tahun 1991. ”Kehancuran perkawinan masih merupakan faktor signifikan yang menghasilkan ibu tanpa suami.”—Single Mothers in an International Context, 1997.
Inggris: ”Proporsi keluarga yang dikepalai oleh orang tua tunggal telah melampaui 25 persen untuk pertama kalinya, mencerminkan pertumbuhan yang sangat besar dalam jumlah ibu yang tidak pernah menikah dan peningkatan yang signifikan dalam tingkat perceraian selama 30 tahun terakhir ini.”—The Times, London, 2 Maret 2000.
Prancis: ”Sejak akhir tahun 1970-an, proporsi keluarga dengan orang tua tunggal telah meningkat lebih dari 50 persen.”—Single Mothers in an International Context, 1997.
Jerman: ”Jumlah orang tua tunggal telah berlipat ganda dalam dua dekade terakhir. Hampir semua keluarga dengan orang tua tunggal . . . dikepalai oleh sang ibu.”—Single Mothers in an International Context, 1997.
Jerman: ”Jumlah orang tua tunggal telah berlipat ganda dalam dua dekade terakhir. Hampir semua keluarga dengan orang tua tunggal . . . dikepalai oleh sang ibu.”—Single Mothers in an International Context, 1997.
Yunani: ”Sejak tahun 1980, jumlah ibu yang tidak menikah di [Yunani] telah meningkat sebanyak 29,8 persen. Dan, menurut data yang disediakan oleh Uni Eropa, pada tahun 1997 persentase anak-anak yang lahir di luar ikatan perkawinan ialah 3,3 persen, sedangkan pada tahun 1980 persentasenya hanya 1,1 persen.”—Surat kabar Ta Nea, Athena, 4 September 1998.
Jepang: ’Keluarga dengan ibu tanpa suami telah meningkat sejak tahun 1970-an.’ Pada tahun 1997, 17 persen dari semua keluarga dikepalai oleh orang tua tunggal.—Single Mothers in an International Context, 1997; The World’s Women 2000: Trends and Statistics.
Australia: Hampir 1 dari 4 anak tinggal hanya dengan salah satu orang tua kandung mereka. Hal ini umumnya diakibatkan oleh kehancuran perkawinan atau hubungan orang tua. Telah diperkirakan bahwa keluarga dengan orang tua tunggal akan meningkat antara 30 dan 66 persen dalam periode 25 tahun.—Biro Statistik Australia.
Orang Tua Tunggal, Banyak Tantangannya
”Emosi saya terkuras. Saya sering menangis di kamar mandi pada malam hari. Sulit sekali rasanya.”—JANET, IBU TANPA SUAMI DENGAN TIGA ANAK
ADA banyak hal yang membuat seseorang menjadi orang tua tunggal. Beberapa keluarga menjadi orang tua tunggal akibat perang, bencana alam, atau penyakit.
Para orang tua dari beberapa anak memutuskan untuk tidak menikah. Sebagai contoh, hampir setengah jumlah anak-anak di Swedia lahir di luar ikatan perkawinan. Perceraian turut menyebabkan rumah tangga dengan orang tua tunggal. Penelitian memperlihatkan bahwa lebih dari 50 persen anak-anak Amerika akan tinggal dalam keluarga dengan orang tua tunggal selama suatu periode kanak-kanak mereka.
Memahami Tantangannya
Kaum ibu yang belum lama menjanda harus menanggung beban khusus. Mereka harus memikul tanggung jawab atas rumah tangga mereka kendati masih berduka karena kehilangan teman hidup. Penyesuaian mereka untuk peranan ini mungkin butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, seraya mereka menghadapi tantangan ekonomi dan tanggung jawab menghibur anak-anak mereka. Ibu yang menjanda mungkin merasa sangat sulit memikul tanggung jawab yang bertambah ini. Akibatnya, sang anak mungkin tidak mendapat pengasuhan yang memadai pada saat anak itu justru sangat membutuhkan perhatian dan penghiburan.
Para ibu tak bersuami yang tidak menikah dengan ayah dari anak-anak mereka sering kali masih muda dan kurang berpengalaman. Mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan formal mereka. Tanpa keterampilan kerja yang memadai, kemungkinan besar mereka menjadi miskin atau dipekerjakan dengan gaji rendah. Tanpa sokongan dari sanak saudara, misalnya orang tua, mereka juga akan memikul tanggung jawab tambahan yakni menyediakan pengasuhan yang memadai pada siang hari untuk anak-anak mereka. Ibu yang tidak menikah mungkin juga berjuang dengan tekanan emosi, seperti perasaan malu dan kesepian. Ada yang takut bahwa kehadiran seorang anak akan menutup kemungkinan bahwa mereka akan mendapatkan pasangan hidup yang cocok. Seraya anak-anak dalam rumah tangga semacam ini bertambah dewasa, mereka juga mungkin dihantui oleh pertanyaan yang tak terjawab mengenai latar belakang mereka dan oleh kebutuhan untuk diakui orang tua yang tidak ada itu.
Demikian pula, para orang tua yang mengalami perceraian berada di bawah tekanan yang amat berat. Beberapa orang tua mungkin merasakan kemarahan yang hebat akibat perceraian itu. Perasaan tidak berharga dan perasaan geram karena penolakan mungkin juga merenggut kesanggupan beberapa orang tua untuk memberikan perhatian kepada kebutuhan emosi anak-anak mereka. Kaum ibu yang perlu mencari pekerjaan untuk pertama kalinya, bisa jadi merasa sulit memikul tanggung jawab mengurus rumah tangga. Mereka mungkin merasa tidak punya waktu dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak, yang juga harus mengatasi perubahan-perubahan drastis setelah perceraian orang tua mereka. Selengkapnya.
Appeared in Awake! October 8, 2002 Sumber Artikel: Jehovah's Witnesses Official Web Site